Seuntai
asa membias di bibir purnama
Hanya
kebisuan dingin tanpa cahaya
Ilusi
cintamu kembali menguak masa
Naluri
remajaku melanglang buana
Terbang
arungi langit yang berwarna
Anganku
membiru, kadang merah jambu, juga kadang abu-abu
Demi
masa………
Elegi
ini redam dalam diri
Vakansiku
hanya kisah dan mimpi-mimpi
Indahmu hanya sejenak memancar dan setelah
itu mati
Asa
diri di bibir purnama
Nuansa
kabur tak terjamah oleh indra
Aku
terdiam dan kelu, pasrah pada kenyataan yang ada
Tanjung, 18 November
2012
Catatan :
Selain makna yang terkandung dalam puisi tersebut, masih ada alasan lain kenapa saya tulis puisi ini. Jadi waktu pertengahan November 2012
kemarin (udah lama banget bo....!), anak-anak XII NS 1 pada dapat tugas menulis puisi. Tapi bukan
sembarang puisi karena ada syaratnya. Jadi jika huruf awal setiap baris dibaca secara vertikal huruf-huruf itu harus menjadi nama teman sebangku kita. Dan
kebetulan teman sebangku saya itu Shinta Deviana, sahabat sejak zaman ingusan dulu :DDan akhirnya jadilah puisi ini :)
Terima kasih kepada Ibu Tumrawang yang sudah memberikan tugas ini dan terima kasih kepada Shinta Deviana yang sayangnya saat ini tidak lagi menjadi teman sebangku saya karena kita berada di pulau yang berbeda :")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar